Monday, July 2, 2007

~Tanggapan Hijrah (3)~



Assallammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji bagi Alloh yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan ampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak diibadahi dengan hak kecuali Alloh yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya. Semoga sholawat beserta sallam tercurahkan atas Nabi kita, keluarga, sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Maka sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah Kitabulloh dan sebaik-baiknya petunjuk adalah Sunnah Rasululloh Shalallohu ‘Alaihi wa Sallam. Sejelek-jeleknya perkara ialah yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Akhi anang….
Rytha sudah membaca comment antum… subhanallah kritik yang terdengar pedas..

Rytha akan berusaha untuk menanggapinya… mudah mudahan Allah meluruskan hati dan lisan Rytha agar tidak terbawa kedalam lingkaran emosi yang antum tunjukkan terhadap dakwah salaf


Rytha akan jawab comment antum perkalimat atau perparagraf…

anang said...

Assalamualaikum !

My Reply

Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh

anang said...

Saya lihat, kalau Salafy Membeberkan ulama non Salafi sangat semangat sekali, dan Tahzirnya juga sangat menghebohkan. Kayaknya ulama non- salaf kaga ada baiknya sama sekali.

My Reply

Begitukah yang antum kira? Apakah antum sudah paham apa yang di maksud dengan tahzir. Dan mengapa ulama sampai men tahzir terhadap golongan lain. Dan apa saja syarat seorang ulama bisa mentahzir golongan yang lain ?

Kalaulah antum paham apa itu makna dari "Ulama salafi" dan makna ulama non salafi, tentulah antum akan menarik perkataan antum. Bukankah semua ulama diharuskan menjadi salafi ? Yang berarti mereka harus mengikuti Qur’an dan sunnah berdasarkan pemahaman para As-salaf ? Justru ulama non salafi yang tidak mengikuti manhaj [jalan, metoda] para salaf mereka memang harusnya di tahzir. Karena apa jadinya agama ini bila di pahami dengan pemahaman orang perorangan….

Deen ini bukan berdasarkan pemikiran akan tetapi berdasarkan atsar yang jelas dan shoheh…. Sesuatu yang bukan menjadi bagian agama di masa para sahabat, di masa para As Salaf , tentu juga bukanlah menjadi bagain agama di saat sekarang…


Jadi… mungkin antum harus lebih memahami atau memperjelas apa yang antum maksud dengan ulama salaf dan non salaf…. Atau dalam hal ini antum bermaksud mengatakan antum lebih berbangga dan mengikuti ulama ulama yang tidak mengikuti manhaj para As Salaf.. para sahabat radiyallahuanhum , para tabi’i dan tabi’ut tabi’in?

Merupakan tugas seorang ulama ahlus sunnah untuk men tahzir [memperingatkan umat] dari ulama ulama non salaf [yang tidak berperdoman pada manhaj dan metoda para ulama As Salaf], karena mereka mereka yang berlepas dari pemahaman salaf berarti mereka membuat pemahaman pemahaman sendiri yang mereka akui bahwa pemahaman dan metoda mereka lebih baik dari pemahaman dan metoda para salafus sholeh…. Na’uzubillah…..

Penjelasan mengenai kelompok-kelompok yang menyimpang dan sesat pada hakikatnya adalah dakwah kepada tauhid, sebab maksud dari dakwah tauhid sendiri adalah menyeru kepada tauhid dan meninggalkan syirik, dan sesuatu tidak akan diketahui kecuali dengan mengetahui lawannya.

anang said...

Saya juga sering mendengar di radio hang fm, kalau sudah menyebut "kelompok" umat Islam (Islam lho, mereka bersyahadat), sering mendengar sebutan-sebutan yng komplit : Khawarij, Bid’ah, Sururi, Ikhwani, hizbiyun dll bahkan pernah ada ungkapan dalam sebuah majelis di batu aji, seorang ustadz "salafy" mengatakan pelacur, pencuri masih lebih baik dari kaum hizbiyyun ( na'udzubillah, saya merinding mendengarnya). Awalnya saya tertarik dan bersimpati dengan salafy tetapi setelah mendengar itu saya jadi bertanya apakah ini manhaj salaf??????

My Reply

Akhi Anang yang di rahamati Allah…..
Alhamdulillah Rytha juga terkadang mendengarkan radio Hang 106 FM…. Dan sering mendengarkan kajian para ustadz salaf lainnya dari berbagai sumber…..

Rytha lihat disini Akh Anang salah paham dalam mengartikan perkataan para asatidz tersebut… InsyaAllah Rytha akan membantu meluruskan apa yang akhi Anang pahami.

Rytha akan memulai dengan perkataan seorang ulama hadis terkemuka Sufyan At-Tsauri . Beliau berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis daripada maksiat, karena maksiat bisa ditaubati dan bid’ah tidak (diharapkan) tobat darinya.”

Mengapa bisa demikian ?

Seorang pelacur, seorang pencuri, seorang pembunuh …sebejat apapun, senista apapun mereka,.... mereka paham benar bahwa mereka sedang melakukan maksiat terhadap Allah dan menzalimi orang lain. Mereka sama sekali tidak pernah merasa bahwa mereka sedang melakukan amalan sholeh…. Jadi dengan perkataan lain.. mereka paham betul bahwa mereka bermaksiat dan melakukan dosa besar….. Karena kesadaran mereka tersebut sangat mungkin suatu hari mereka untuk bertobat dari dosa dosa mereka itu dan kembali ke jalan yang lurus… insyaAllah…

Sekarang kita lihat pelaku bid’ah…. Mereka adalah orang orang yang mengadakan hal hal baru dalam agama. Menciptakan cara cara baru dalam ibadah yang tidak pernah ada di zaman rasulullah sallahu alahi wassalam dan tidak pernah di praktekkan dan oleh para sahabatnya….. Mereka bangga dengan metoda metoda baru mereka ini dan beranggapan mereka sedang memuliakan dan mengagungkan syari’ah Allah.

Mereka merasa cara baru mereka itu bisa mendekatkan diri kepada Allah…. Mereka merasakan prilaku mereka sebagai keutamaan…. Kalaulah ada orang yang memperingatinya tentunya mereka akan sangat marah…

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Maka apakah orang yang dijadikan (syaithan) menganggap baik pekerjaan yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik…” [Faathir : 8]

Sangatlah susah bagi mereka untuk bertaubat…. Na’uzubillah….

Siapapun yang berbuat bid'ah dalam agama, walaupun dengan tujuan baik, maka bid'ahnya itu, selain merupakan kesesatan, adalah suatu tindakan menghujat agama dan mendustakan firman Allah Ta'ala yang mengatakan : " Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu ...” Karena cara baru yang diciptakannya tersebut, dia seakan-akan mengatakan bahwa Islam belum sempurna, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada Allah belum terdapat di dalamnya.

Yang lebih berbahaya lagi mereka tidak melakukan kebid’ahan buat mereka sendiri tapi bahkan mengundang orang lain untuk ikut bersamanya… menda’wahkan kebid’ahan mereka….Semakin berkembangnya bid’ah maka akan semakin terkaburnya hal yang benar benar sunnah. Termasuk dari golongan golongan tersbut adalah yang akh anang sebutkan, yaitu Khawarij, Bid’ah, Sururi, Ikhwani, hizbiyun dan lain lain.

Mudah mudahan akh Anang meluangkan waktu untuk lebih mengkaji apakah kebid’ahan dalam pergerakan mereka….

Sekarang Rytha harap Akhi Anang paham apa yang ustadz ustadz tersebut maksudkan……lahaula walla quwata illa billah…

anang said...

Apakah tidak ada metode dakwah yang lebih baik selain mencela umat Islam yang lain?????
Jika manhaj salaf yang didakwahkan itu benar saya kira tidak perlu mencela, mencaci, menjelek-jelekan muslim yang lain yang mereka justru banyak bekerja untuk umat ini, dakwahlah seperti Rosulullah SAW dan para sahabat berdakwah.

My Reply

Akh Anang….
Bekerja sesungguhnya untuk umat ini adalah bila pekerjaan dakwah tersebut benar benar dilakukan dengan medota dakwah yang benar. Mengikuti metoda dakwah para Nabi dan Rasul yang menyeru kepada dakwah tauhid yang utama, mengajak manusia untuk hanya beribadah kepada Allah subhana wata’ala semata dengan cara yang di contohkan oleh Rasulullah sallahu alahi wassalam. Adapun bekerja untuk umat ini dengan tanpa mengindahkan metoda dakwah yang lurus, tentulah bukan bekerja yang sebenarnya, bahkan akan mengancurkan umat dan menyesatkan umat.

Alhamdulillah Allah subhana wata’ala telah mengatakan : “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik."[An-Nahl: 125]. Itulah contoh yang dilakukan oleh Rasulullah sallahu alahi wassalam dan para As-Salaf, dan insyaAllah begitulah metoda dakwah para salafiyyun [para pengikut jejak salaf]. Tergantung dari siapa objek dakwah, terkadang harus di debat, terkadang harus dengan kekerasan, hikmah di sini harus sesuai dengan hikmah yang dicontohi oleh rasul dan para sahabatnya.

Shaikh Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Umair Al-Madkholiy berkata : “Hukum asal di dalam berdakwah adalah al-Liin (lemah lembut), ar-Rifq (ramah) dan al-Hikmah. Inilah hukum asal di dalam berdakwah. Jika anda mendapatkan orang yang menentang, tidak mau menerima kebenaran dan anda tegakkan atasnya hujjah namun dia menolaknya, maka saat itulah anda gunakan ar-Radd (bantahan).

Jika anda adalah seorang penguasa -dan pelaku bi’dah ini adalah seorang da’i- maka luruskanlah ia dengan pedang, dan terkadang ia dihukum mati jika ia tetap bersikukuh dengan menyebarkan kesesatannya. Banyak para ulama dari berbagai macam madzhab memandang bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh Ahlul Bid’ah lebih berbahaya dari para perampok. Oleh karena itu ia harus dinasehati kemudian ditegakkan atasnya hujjah. Jika ia enggan maka diserahkan urusannya kepada hakim syar’i untuk dihukum, bisa jadi hukumannya ia dipenjara, atau diasingkan atau bahkan dibunuh.

Para ulama telah memutuskan hukuman terhadap Jahm bin Shofwan, Bisyr al-Marisi dan selainnya dengan hukuman mati, termasuk juga Ja’d bin Dirham. Ini adalah hukum para ulama bagi orang yang menentang dan tetap keras kepala menyebarkan kebid’ahannya, namun jika Allah memberikannya hidayah dan ia mau rujuk/taubat, maka inilah yang diharapkan.

[Transkrip ceramah Syaikh Rabi’ bin Hadi bin Umair al-Madkhali yang berjudul : Al-Hatstsu ‘alal Mawaddah wal I’tilaaf wat Tahdziiru minal Furqoti wal Ikhtilaafi]

Akh Anang pernah dengar bahwa Ali bin abi tholib bahkan membakar orang khawarij sesat? Bahwa Rasulullsah sallahu alahi wassalam memerintahkan membakar rumah rumah orang orang yang tidak sholat berjamaah? Bahwa di saat sekaratnya Umar ibn khatab menegur seorang pemuda yang mengunjunginya dengan pakaian yang isbal [melewati mata kaki] atau pernah dengar bagaimana seorang ibnu umar menegur seseorang yang besyalawat dikala bersin ? dan banyak contoh contoh lainnya.

Mereka As-Salaf adalah yang paling paham berdakwah dengan hikmah. InsyaAllah mereka mereka yang meniti jalan nya akan mengikuti contoh dan teladan para pendahulunya. Dalam hal yang prinsip dan mendasar seorang ulama harus tegas [tegas tidak indentik dengan kekerasan], mereka harus membeberkan semua fakta dan menjawabnya dengan hujjah [argumentasi] yang jelas dari Al Kitab dan sunnah menurut pemahaman para As-Salaf. Kalaulah orang orang yang akh Anang tidak memiliki cirri seperti ini … itu hanyalah mereka yang menisbahkan dirinya terhadap para salaf…tapi mereka tidak ber akhlak salaf.. wallahualam.

anang said...

Saya pernah membaca sebuah kisah Umar bin Khattab berbeda pendapat dengan Ibnu Mas'ud tetapi mereka tidak memperlihatkan nya ditengah-tengah umat bahkan suatu ketika mereka bertemu Umar bin Khattab menyebut Ibnu Mas'ud dengan Si Gudang Ilmu.

My Reply

Alhamdulillah Akh Anang familiar dengan syirah Umar bin Khatab radiyallahu anhu dan Ibnu Mas’ud. Tentulah sudah sangat paham bagaimana kedua sahabat tersebut amat sangat menjaga sunnah Nabi dan sangat keras sikap mereka terhadap kebid’ahan. Lalau apakah Akh Anang akan berani mengatakan bahwa dakwah mereka adalah dakwah yang tidak hikmah dan mencaci maki?

Lalu perbedaan yang bagaimanakan yang mungkin terjadi diantara para sahabat ?

Shaikh Utsaimin pernah ditanya apakah perbedaan boleh dalam setiap masalah ? Jawaban beliau

“Perbedaan ini hanya pada sebagian masalah. Sebagian masalah disepakati, tidak ada perbedaan, alhamdulillah, tapi sebagian lainnya ada perbedaan pendapat karena hasil ijtihad, atau sebagian orang lebih tahu dari yang lainnya dalam menganalisa nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Di sinilah terjadinya perbedaan pendapat. Adapun dalam masalah-masalah pokok, sedikit sekali terjadi perbedaan pendapat.

Shaikh Utsaimin mengatakan :

Perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama umat Islam tidak boleh menyebabkan perbedaan hati, karena perbedaan hati bisa menimbulkan kerusakan besar, sebagaimana firman Allah.

"Artinya : Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguh-nya Allah beserta orang-orang yang sabar." [Al-Anfal : 46]

Perbedaan pendapat yang diakui oleh para ulama, yang kadang dinukil (dikutip) dan diungkapkan, adalah perbedaan pendapat yang kredibel dalam pandangan. Adapun perbedaan pendapat di kalangan orang-orang awam yang tidak mengerti dan tidak memahami, tidak diakui. Karena itu, hendaknya orang awam merujuk kepada ahlul ilmi, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." [An-Nahl : 43]

[Dari Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin yang beliau tanda tangani]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, Darul Haq]

Jadi perbedaan antar ahlul ilmy yang didasarkan dalil yang jelas tidak lah mengapa. Perbedaan dianta umar dan ibnu mas’ud tentulah perbedaaan diatara mereka yang berilmu dengan itjitihadnya masing masing, dan tidak melepaskan mereka dari ukhuwah dan saling menghormati. Selayaknya kita dalam ber ittiba’ [mencontoh] mereka kita tidak menciptakan pendapat baru yang berlepas [keluar] dari pendapat pendapat yang pernah ada pada zaman Rasulullah…

Beginilah kerasnya ibnu Mas’ud menentang ke bid’ahan.

Diriwayatkan oleh Ad Darimi (1/79), Al Bazzar (Tarikh Wasith 1/198) dari 'Amru bin Salamah Al Hamdani, katanya:"Kami pernah duduk di pintu 'Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu sebelum shalat zhuhur. Kalau dia keluar, kami berangkat bersamanya menuju Masjid. Tiba-tiba datanglah Abu Musa Al Asy'ari radliyallahu 'anhu sambil berkata:"Apakah sudah keluar bersama kalian Abu 'Abdirrahman? Kami katakan:"Belum." Tatkala beliau keluar, kami berdiri, dan Abu Musa berkata:"Ya Abu 'Abdirrahman, sungguh aku baru saja melihat sesuatu yang pasti kau ingkari di Masjid itu. Dan saya tidak melihat –alhamdulillah- kecuali kebaikan."

Ibnu Mas'ud berkata:"Apa itu?" Katanya pula:"Kalau kau panjang umur akan kau lihat pula sendiri. Saya lihat di masjid itu sekelompok orang dalam beberapa halaqah sedang menunggu shalat, dan masing-masing halaqah dipimpin satu orang, di tangan mereka tergenggam kerikil, dia berkata:"Bertakbirlah seratus kali!" Maka yang lainpun bertakbir seratus kali. Pemimpinnya mengatakan:"Bertahlil seratus kali!" Merekapun bertahlil (mengucapkan laa ilaaha illallaahu). Pemimpinnya mengatakan:"Bertasbihlah seratus kali!" Merekapun bertasbih seratus kali. Ibnu Mas'ud bertanya:"Lalu apa yang kau katakan kepada mereka?"

Abu Musa berkata:"Saya tidak mengatakan sesuatu karena menunggu pendapatmu."

Ibnu Mas'ud berucap:"Mengapa tidak kau perintahkan mereka menghitung dosa-dosa mereka, dan kau jamin tidak akan hilang sia-sia kebaikan mereka sedikitpun?"

Kemudian dia berjalan, dan kamipun mengikutinya sampai tiba di tempat halaqah-halaqah itu. Beliau berhenti dan berkata:"Apa yang sedang kalian kerjakan ini?"

Mereka berkata:"Ya Abu 'Abdirrahman, kerikil yang kami gunakan untuk bertakbir, bertahlil dan bertasbih."
Beliau berkata:

"Coba kalian hitung dosa-dosa kalian, saya jamin tidak akan hilang sia-sia kebaikan kalian sedikitpun. Celaka kalian, wahai ummat Muhamamd! Alangkah cepatnya kalian binasa. Ini, mereka para sahabat Nabi kalian shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, masih banyak di sekitar kalian. Pakaian beliau belum lagi rusak, mangkok-mangkok beliau beliau lagi pecah. Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya. Sesungguhnya kalian ini berada di atas millah (ajaran) yang lebih lurus daripada ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, ataukah sedang membuka pintu kesesatan?"

Mereka berkata:"Demi Allah, wahai Abu 'Abdirrahman, kami tidak menginginkan apa-apa kecuali kebaikan."

Beliau berkata:"Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tetapi tidak pernah mendapatkannya. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam telah menyampaikan kepada kami satu hadits, kata beliau:

"Sesungguhnya ada satu kaum mereka membaca Al Quran tapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka lepas dari Islam seperti lepasnya anak panah dari sasarannya."

Demi Allah, saya tidak tahu, barangkali sebagian besarnya adalah dari kalian." Kemudian beliau berpaling meninggalkan mereka.
'Amru bin Salamah mengatakan:"Sesudah itu kami lihat sebagian besar mereka ikut memerangi kami di Nahrawand bersama Khawarij."(Ash Shahihah no 2005).

Dalam riwayat Ibnu Wadldlah, dia mengatakan:"Sungguh kalian betul-betul berpegang dengan kesesatan ataukah kalian merasa lebih terbimbing daripada sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam?" (Al Bid'ah wan Nahyu 'anha 27).

anang said...

Alangkah indahnya ukhuwah yang mereka contohkan, tanpa celaan, tanpa caci maki, tanpa tuduhan keji yang berlindung dibalik ilmu, tanpa saling menjelekan. Kepada kita hanya diperintahkan untuk BEKERJA (Dakwah), Allah, Rosul-Nya dan orang-orang beriman yang akan melihatnya.

My Reply

Adalah pandangan yang keliru bila keyakinan bahwa praktik mengkritik, saling menasehati, amar ma'ruf dan nahi mungkar akan menimbulkan kekacauan di barisan Islam dan kegoncangan dalam beramal.

Memang Indah kalau kita semua bisa bersatu dalam aqidah islam yang murni… dan untuk mencapai itu memang di haruskan ada ulama ulama yang ikhlas dan jujur yang memberikan nasehat .. ulama ulama berilmu yang berkata dengan hujjah yang jelas…. InsyaAllah semua ini bisa terwujud bila kita bisa melihat nasehat mereka itu juga dengan hati yang jernih dan ikhlas untuk mencari kebenaran…tidak bersilat lidah dan mengolah fikiran bila hujjah yang nyata sudah dihadapkan apalagi menuduh mereka mereka yang sayang dengannya dengan tuduhan tuduhan keji….. menganggap nasehat nasehat sebagai caci maki na’uzubillah.

Inilah dakwah yang sebenarnya akhi…mengembalikan umat ini kepada tauhid yang murni dan pemahaman islam yang shohih berdasarkan pemahaman para ulama As-Salaf……

Prioritas dan pokok-pokok dakwah Islamiyah sejak diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari Kiamat tetap sama, tidak berubah karena perubahan zaman. Ketika Rasulullah Shallallahu a’laihi wa sallam mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau bersabda.

“Artinya : Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka pelaksanaan lima kali shalat dalam sehari semalan. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari yang kaya untuk disalurkan kepada yang miskin di antara mereka” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Az-Zakah 1458, Muslim dalam Al-Iman 19]

Tidakkah ada keheran di hati antum..mengapa dakwah yang menyeru pada pemurinian aqidah dan menyeru kepada kembali pada Al kitab dan sunnah berdasarkan pemahanaman As Salaf menjadi suatu dakwah yang di jauhi.. mengapa orang orang hizbiyah lebih bisa bertoleransi dan bersemangat menyatu dengan orang orang shi’ah dan para ahlul bid’ah…?

anang said...

Hanya Allah yang akan menilai siapa yang terbaik amalnya diantara kita bukan ulama A atau Ustadz B.
Wassalamualaikum

My Reply

Allah mengutus Rasulnya dan memelihara para pewarisnya untuk mengajarkan kepada kita dalam menilai apakah kira kira amal kita akan diterima atau tidak.

Syarat amal kita diterima selain harus ikhlas dalam hal ibadah - ibadah tertentu juga sebab, cara, waktu, tempat, jenis, bilangan harus sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah salallahu alahi wassalam. Jadi tidak cukup hanya ikhlas tabi harus juga benar benar berittiba’ [mencontoh].

Sekali lagi Rytha akan katakana .. alangkah naifnya kita bila sudah diberi tahukan inilah jalan yang lurus.. kita masih menempuh jalan jalan yang lain dengan metoda yang lain… dan finally innoncently menatakan … hanya Allah yang akan menilai siapa yang terbaik amalnya…. Perkataan ini benar… tapi pemahamannya yang harus di luruskan…walluhalam

Setiap ikhwanul muslimin pasti akan selau menutup hujjah mereka dengan perkataan ini :) ..coba amati semua tanggapan yang ada… pasti selalu intinya adalah sama… subhanallah :)

Wallahualam bishshowab…

Subhanakallahumma wabihamdika ashadu ala ilaha illa anata astaghfiruka wa atubu ilaika


Furthur reading

Memulai Dakwah ; Apakah Diawali Dengan Tauhid Atau Dengan Mentahdzir Terlebih Dahulu?

Sisi Perbedaan Antara Bid'ah Dengan Maksiat