Wednesday, February 28, 2007

~Hijrah Bagian (2)~


Sedikit yang ingin ditambahkan berkenaan dengan peran murobbi dalam harokah ikhwani….Peran murobbi dirasa sangat besar, pada tingkatan tertentu murobbi harus di patuhi sepertihalnya mematuhi orang tua…bahkan lebih….

Murobbi memang di harapkan sebagai pendidik…. Tapi terkadang menjadi pendidik yang melarang hal hal yang secara syariat di bolehkan …..

Kepatuhan seorang mad’u dan ketakutan mereka terhadap murobbi di rasakan sangat berlebihan.. karena akan ada sangsi boikot, hukuman dan di introgasi bila ada hal hal yang tidak bersesuaian dengan instruksi murobbi…ini menimbulkan bibit bibit taqlid dan fanatisme yang berlebiham… [1]

Pada suatu kesempatan ada seorang ukhti yang menceritakan bahwa bimbingannya mengaji di tempat yang lain….Saat itu murobbi mengatakan bahwa dia harus memilih [tidak bisa mengaji di keduanya]. Padahal setiap muslim adalah pribadi yang bebas untuk thollabul ilmy selama dia yakin bahwa yang di ajarkan adalah yang benar. Seorang murobbi seharusnya bisa memberikan penjelasan ilmiah untuk menghalangi mad’u nya mengikuti majelis ilmu yang lain kalau majelis ilmu tersebut memang terbukti keluar dari jalan yang benar….

Berdasarkan share pengalaman yang Rytha baca.. murobbi merasa tidak senang bila mengetahui mad’u nya ikut kajian kajian bermanhaj salaf… Alasannya karena bisa membuat bingung bila mengaji di banyak tempat….
Rasanya suatu alasan yang kurang tepat…. …

Nanti insyaAllah akan di berikan contoh bagaimana seorang morrobi “berhak” menentukan calon pengantin anak didiknya.

InshaAllah Rytha akan berpindah ke poin kedua tentang beberapa hal yang ditemukan dalam kegiatan “tarbiyah” ikhwani …..
.
2. Rangkaian kegiatan di dalam liqo.

Acara liqo dari tempat ke tempat biasanya typical karena Rytha sudah beberapa kali berpindah kelompok liqo…

Kemungkinan sebagian besar dari mereka menganggap rutinitas itu adalah satu rutinitas yang ada tuntunan syar’i nya, setidaknya menganggap itu suatu kebaikan…..

Waktu Liqo di jadwalkan biasanya tidak lebih dari 2 jam. Tapi dalam prakteknya biasanya bisa seharian….. Tetapi ilmu yang didapat tidak sebanding dengan waktu yang sudah terbuang… Terkadang suami suami yang menunngu istrinya liqo sampai marah karena menunggu kelamaan….

Para ikhwan [bapak-bapak] biasanya mengadakan liqo pada waktu malam sampai menjelang tengah malam..…. Seorang murobbi sempat berpesan kepada binaannya…nanti kalau menikah dengan suami yang aktivis harus siap di tinggal di malam hari….

Mungkin tidak salah pulang larut kalau memang benar benar untuk tholabul ilmy.. Tapi liqo para mereka “para petinggi petinggi” konon isinya hanya banyak membicarakan masalah politik, da’wah dan strategi….. Alangkah ruginya bila sudah menghabiskan waktu tanpa mendapatkan charge ruhiyah keilmuan yang di dapat… Hampir di pastikan sholat lail juga akan terlewat… Ditambah lagi rasa bersalah terhadap istri dan anak dan dosa di hadapan Allah subhana wata’ala meninggalkan istri sendiri di rumah….

Acara liqo biasanya dibuka dengan pembacaaan Al-Qur’an. Bukan hanya acara liqo saja tapi hampir semua kegiatan selalu di buka dengan bacaaan Al-Qur’an….

Membaca Al Qur’an memang merupakan suatu kebaikan… tapi menjadikannya sebagai rutinitas yang selalu di lakukan sebagai pembuka untuk semua kegiatan memerlukan tinjauan syar’i, karena bila di biarkan masyarakat awam akan mencontohnya. Mencontoh sesuatu yang tidak memiliki dasar, akan cendrung membuat mereka menganggap hal tersebut bagian dari sunnah…. Bahkan Rytha yakin sebagian dari saudara ikhwani mereka merasa seakan ada hal sunnah yang hilang bila hadir dalam suatu majelis dan tidak di awali dengan bacaaan Al Qur’an….wallahualam….

Selanjutnya acara akan dilanjutkan oleh kultum, dari salah seorang anggota dan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh murobbi…

Materi yang di sampaikan oleh Murobbi biasanya diawali dengan membicarakan pengumuman-pengumuman mengenai kegiatan kepartain, kepanitian, dan lain lain..sehingga waktu yang tersisa untuk menyampaikan materi keagamaan hanya beberapa menit saja… Terkadang yang beberapa menit itu pun sama sekali tidak berisi apa apa…

Semakin tinggi tingkatan kita semakin banyak masalah kepartaian yang di bicarakan dalam majelis….

Terkadang liqo di isi dengan bedah buku atau materi materi umum lainnya…Banyak acara yang di usahakan bervariasi untuk menarik.

Untuk para pemula biasanya masih di berikan materi materi yang cukup baik seperti tauhid…. Hanya jangan ditanyakan bagaimana materi penting tersebut disampaikan….jauh sangat jauh sekali dari ilmiah… Materi – materi ini berkesan hanya seperti selingan sampai seorang mad’u siap di berikan materi keharokahan yang brainwash paham paham ikhwanul muslimin….

Sangat jauh majelis di isi dengan pembahasan yang ilmiah …. Kebanyakan menjelaskan sesuatu yang di kaitkan dengan cerita kehidupan sehari hari…. Setiap murobbi pasti biasanya berusaha mencari “cerita” dan penjelasan “logika” untuk melengkapi uraiannya…. [2]

Bagi para thollabul ilmy yang sesungguhnya pasti sangat rindu dengan majelis yang berisi perkataan Allah … perkataan Rasulullah dan perkataan para Ahlul sunnah. Hal ini mungkin karena minimnya kapasitas keilmuan dari murobbi sendiri yang mungkin tidak siap dengan materi yang akan di sampaikan.

Rytha sempat berkunjung ke beberapa rekan ikhwani… Karena ketetarikan yang sangat terhadap buku, koleksi koleksi buku tuan rumah selalu menjadi pengamatan….. Rytha sempat kaget melihat seorang ustadz yang lulusan salah satu universitas syariah terkemuka koleksi koleksi beliau adalah buku buku pergerakan ikhwanul muslimin… Ini tidak mengherankan bila rekan-rekan ikhwahni yang lainnya juga mengkoleksi tulisan tulisan hasan Al Banna… Said Hawa dan kalaupun tafser itu adalah tafser Syed Qutb, fatwa fatwa nya adalah fatwa Yusuf Qardhawi….

Ada suatu paham yang Rytha tangkap selama liqo adalah bahwa hadis daif bisa di amalkan [3]…. Dan juga suatu pemahaman da’wah dengan hikmah yang aneh…. Yang berdalih dengan fikih prioritas [ala Yusuf Qardhawi] dalam segala hal yang membuat menjadi toleran yang berlebihan… Dan tentu saja sangat tidak cocok dengan ikhwah salafy yang berkesan sangat keras bagi mereka, karena kebanyakan ikhwani tidak paham bahwa dalam hal aqidah seorang muslim harus memiliki rasa cemburu yang tinggi bila ada ke bid’ahan dan ke syirikan.

Seorang ukhti mengatakan bahwa banyak penyimpangan dalam salafy.. mereka tidak mengenal fikih prioritas… dan sedikit sedikit bid’atul dholalah… Karena dalam pembahasan materi bid’ah [4] di ikhwani, ditanamkan bahwa ada yang namanya bid’ah hasannah [ bid’ah yang baik]…[5]

Rytha sempat tertegun sedih tatkala ukhti tersebut mengatakan sedikit sedikit salafy menda’wahkan bid’atun dholalah….ukhti tersebut mengatakan dengan nada yang sedikit mengejek… Seandainya ukhti tersebut paham bahwa kalimat yang di ejeknya itu bukanlah perkataan sembarangan orang tapi itu adalah perkataan dari lisan seorang hamba Allah yang sangat mulia Rasulullah sallahu alahi wassalam…. Mudah mudahan Allah membukakan dan membimbing ukhti tersebut….

Dalam suatu dauroh murobbi… seorang pembicara mengatakan bahwah beliau mengetes tauhid mad’u nya dengan di suruh mengambil sesuatu di kuburan… kalau dia masih takut berarti tauhidnya masih di pertanyakan… Subhanallah.. apakah cara ini pernah di praktekkan oleh Rasulullah san para sahabatnya?

Selanjutnya ada salah satu kebiasaan di majelis, yaitu acara evaluasi ….yang di maksudkan untuk mengevaluasi masing masing mad’u, ibadahnya, aktivitasnya dan lain lain. Seorang mad’u diharapkan membuka diri terhadap semua peserta liqo dan bercerita mengenai dirinya… keluarganya .. temannya..

Tidak jarang dan hampir pasti cerita yang di sampaikan membuka aib diri dan keluarga… suatu aib yang seharusnya di tutupi….

Ikhwah fillah… ingat kisah seorang sahabat yang mengadukan pada beliau bahwa dia berizina.. dan Rasulullah berusaha untuk tidak melihat dan pura pura tidak mendengarnya… Ini mengindikasikan … Rasulullah lebih senang bisa seorang berdosa dia menyimpan dosanya dan bertobat pada Allah dengan bersungguh sungguh … tidak ada kewajiban baginya untuk membagi aib dirinya…apalagi aib saudara dan keluarganya…. Wallahualam…..

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

“Allan nanti akan mendekatkan orang mukmin, lalu meletakkan tutup dan menutupnya. Allah bertanya : “Apakah kamu tahu dosamu itu ?” Ia menjawab, “Ya Rabbku”‌. Ketika ia sudah mengakui dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia dan sekarang Aku mengampuninya”‌. Kemudian diberikan kepada orang mukmin itu buku amal baiknya. Adapun orang-orang Kafir dan orang-orang munafik, Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggilnya di hadapan orang banyak. Mereka orang-orang yang mendustakan Rabbnya. Ketahuilah, laknat Allah itu untuk orang-orang yang zhalim”‌ [Hadits Riwayat Bukhari Muslim]

Subhanallah… Allah telah menutupi dosa dosa hambanya… dan mengapa kita sebagai hambanya membuka dosa dosa kita sendiri…. Ada banyak cara untuk menasehati orang lain untuk berbagi pengalaman hidup tapi tidak harus membuka dosa dosa yang Allah telah tutupi… wallahualam….

Selama majelis berjalan… ada absent yang harus di isi yang juga berisi catatan amalan harian selama seminggu. Setiap perserta harus mengisinya dengan maksud untuk mengevaluasi setiap mad’u … untuk saling memotivasi bisa ada catatan amal yang jelek…

Sungguh ini juga rasanya tidak wajar..karena seharusnya seorang muslim harus tawadhu dan berhak menyembunyikan amal sholehnya…..

Satu kebid’ahan yang pasti selalu di lakukan adalah pada saat menutup majelis. Majelis harus ditutup dengan do’a robitoh….

Rytha sempat menanyakan kepada sebagian dari mereka, ternyata sebagian besar dari tidak mengetahui bahwa do’a robithoh itu bukan berasal dari hadis nabi melainkan hanyalah do’a karangan Hasan Al Banna… Awalnya Rytha sendiri tidak menyadari hal tersebut juga… astaghfirullah…

Ada satu buku dzikir yang di baca oleh semua pengikut tarbiyah yang di sebut dengan Al Ma’surat….

Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullahu berkata: "Di akhir al-Ma'tsurot terdapat wirid robithoh, ini adalah bid'ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah." .(Kitab TarbiyatuI Aulad fil Islam Ii Abdulloh Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi hal. 126)

Mereka sangat khusuk sekali sewaktu membacanya dan membacanya secara rutin selepas majelis… Tidak hanya dalam liqo saja… tapi juga pada tabligh akbar.. dauroh dauroh…

Rytha pikir do’a ini di bacakan di majelis karena murobbinya belum paham.. tapi pada saat do’a itu kerap di bacakan oleh kalangan para “ustadz” ini menjadi sesuatu yang aneh sekali… Ditambah lagi dengan pembacaaannya yang sangat di dramatisir dan diiringi dengan tangisan tangisan…. Astaghfirullah…..

Ada suatu cerita dari mulut kemulut yang menyebar… bahwa do’a itu di yakini bisa mengikat hati..

Ceritanya dulu ada seorang anggota liqo yang mau keluar dari jama’ah … selanjutnya mereka mendo’akan ukhti tersebut dengan do’a robitoh ini…dan ukhti itu kebetulan tidak jadi keluar……. Jadilah dianggap do’a robithoh ini sangat manjur….

Do’a ini merupakan do’a kebanggaan yang katanyanya bakal di baca di mana mana.. walaupun anti pergi ke luar negeri dan liqo di sana.. anti pasti akan menemukan robithoh … astaghfirullah…

Bila do’a ini akan dibacakan terlebih dahulu membayangkan orang orang yang kita cintai , orang orang yang tidak kita kenal, akan lebih manjur khasiat nya… bisa menguatkan ikatan hati… na’uzubillah… ini sangat mirip dengan praktek praktek sufi…

Beginilah kalau praktek agama di dasarkan pada sharing pengalaman….. para mad’u yang juga nantinya menjadi murobbi menjadi penyalur yang cepat berkembangnya cerita ke bid’ahan yang sama yang mereka dengar dari murobbi murobbi mereka….

Ikhwah sekalian, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata:

"Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do'a termasuk di antara ibadah-ibadah yang paling afdhol (utama), dan ibadah dilandaskan alas tauqif dan ittiba', bukan atas hawa nafsu dan ibtida ',

Maka do'a-do'a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam adalah yang paling utama untuk diamalkan oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo'a. Orang yang mengamalkan do'a-do'a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang berada di jalan yang aman dan selamat.

Faedah dari hasil yang didapatkan dari mengamalkan do'a-do'a dan dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam begitu banyak sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam , kadang-kadang diharomkan, kadang-kadang makruh, dan kadang-kadang di dalamnya terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya.

Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi manusia dzikir-dzikir dan do'a-do'a yang tidak disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut sebagi ibadah rutin seperti sholat lima waktu, bahkan ini termasuk agama bid'ah yang tidak diizinkan oleh Allah.

Adapun menjadikan wirid yang tidak syar'i maka ini adalah hal yang terlarang, bersamaan dengan ini dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar'i sudah memenuhi puncak dan akhir dari tujuan yang mulia, tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar'i menuju kepada dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid'ah melainkan (dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau melampaui batas."

[Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam Majmu' Fatawa 22/510-511]

Mudah mudahan ini bisa membuat para ikhwah di tarbiyah dan kita semua umumnya untuk lebih berhati hati….banyak sekali praktek dzikir dzikir bid’ah dan praktek praktek ibadah yang tidak ada tuntunan syar’inya….

Afwan bila ada kata kata yang tidak berkenan…

Agar lebih paham… silahkan baca link link di footnote , dan telusuri website website tersebut.. insyaAllah kalau ikhwah sekalian ikhlas.. itu akan menghantarkan kepada kebenaran…

Wallahualam bishshowab

InsyaAllah bersambung

footnote
[1]
Taqliq dan fanatisme golongan
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=116

[2]
Kedudukan Akal Dalam Islam
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=172

[3]
Bolehkah Hadits Dhaif Diamalkan Dan Dipakai Untuk Fadhaailul A'maal [Keutamaan Amal] ?
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1315&bagian=0

Pendapat Beberapa Ulama Tentang Hadits-Hadits Dha'if Untuk Fadhaailul A'maal
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1333&bagian=0

Wajib Menjelaskan Hadits-Hadits Dha'if Kepada Umat Islam
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1359&bagian=0

[4]
MENGENAL BID'AH
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=29

[5]
Adakah Bid'ah Hasanah?
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=127

Bid'ahnya Dzikir Berjamaah
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=157

6 comments:

Anonymous

Wirid-wirid al-Ma’tsurat yang Lemah Atau Tidak Ada Asalnya


(lihat bahasan Hadits Dho’if Dalam Fadho’il A’mal dalam Majalah Al-Furqon Edisi Spesial Ramadhan-Syawwal Tahun 6).

Setelah kami meneliti do’a-do’a dan dzikir-dzikir dalam kitab al-Ma’tsurot ini ternyata ada beberapa dzikir yang lemah dalilnya atau bahkan tidak ada asalnya sama sekali, di antara do’a-doa dan dzikir-dzikir tersebut ialah:

1. Wirid Pertama:
“Sesungguhnya kami terjaga di pagi hari dengan (kesadaran bahwa) / kerajaan (bumi dan segala isinya) ini seluruhnya adalah milik Alloh. Dan segala puji bagi Alloh, tiada sekutu bagi-Nya, tiada Robb selain Dia dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.”
Wirid ini datang dalam hadits Abu Huroiroh radhiyallahu’ anhu yang diriwayatkan oleh Bukhori dalam Adabul Mufrod 1/211 no. 604 dan, Ibnu Sunni dalam Amal Yaum wa Lailah hal. 74 dari jalan Abu Awanah dari Umar bin Abi Salamah dari bapaknya dari Abu Huroiroh radhiyallahu’ anhu.
Riwayat ini dikatakan oleh Syaikh al-Albani rahimahullahu : “Dho’if dengan lafazh ini , di dalam sanadnya terdapat Umar bin Abi Salamah az-Zuhri al-Qodhi, fihi dho’fun (padanya terdapat kelemahan),” ( Dho’if Adabul Mutrod hal. 60)

2. Wirid Kedua:
“Ya Alloh nikmat apapun yang kuperoleh dan diperoleh seseorang di antara makhluk-Mu adalah dari-Mu, yang Esa dan tak bersekutu, maka bagi-Mu segala puji dan syukur.”

Wirid ini terdapat dalam hadits Abdulloh bin Ghonam al-Bayadhi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya 4/318, Ibnu Hibban dalam Shohih-nya 3/143, Nasa’i dalam Sunan Kubro 6/5, Abu Bakar asy-Syaibani dalam Ahad wal Matsani 4/183, dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/89 dari jalan Rabi’ah bin Abi Abdirrohman dari Abdulloh bin Anbasah dari Abdulloh bin Ghonam al-Bayadhi.
Abdulloh bin Anbasah dikatakan oleh adz-Dzahabi rahimahullahu : hampir-hampir tidak dikenal).”
Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Takhrij Kalimu Thoyyib hal. 73 dan Dho’if Jami’ Shoghir: 5730.

3. Wirid Ketiga:
Wirid ini terdapat dalam hadits Abdulloh bin Umar radhiyallahu’ anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya 2/1249, Thobroni dalam Mu’jam Ausath 9/101 dan Mu’jam Kabir 12/343, dan Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/94 dari jalan Shodaqoh bin Basyir dari Qudamah bin Ibrohim al-Jumahi dari Abdulloh bin Umar radhiyallahu’ anhu.
AI-Bushiri rahimahullahu berkata: “Sanad ini, terdapat kritikan padanya.” (Mishbahu Zujajah 4/130)

Shodaqoh bin Basyir dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Taqrib: “Maqbul (yaitu diterima haditsnya jika ada penguatnya, kalau tidak ada penguatnya maka haditsnya lemah).”
Qudamah bin Ibrohim dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Taqrib: “Maqbul.”
Riwayat ini dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dho’if Sunan Ibnu Majah hal. 308 dan Dho’if Jami’ Shoghir: 1877.

4. Wirid Keempat :
“Ya Alloh limpahkanlah sholawat atas junjungan kami Muhammad hamba-Mu, nabi-Mu, dan rosul-Mu, nabi yang ummi, dan atas keluarganya; dan limpahkanlah salam sebanyak yang diliput oleh ilmu-Mu dan dituliskan oleh pena-Mu, dan dirangkum oleh kitab-Mu “
Sholawat ini adalah sholawat yang bid’ah yang tidak ada asalnya, tidak ada di dalam kitab-kitab hadits yang mu’tabar sepanjang penelitian kami.
Wirid-wirid di atas (1 s/d 4) adalah yang lemah atau tidak ada asalnya. Di samping itu, di dalam kitab al-Ma’tsurot ini banyak wirid-wirid lain yang shohih lafazhnya tetapi bid’ah dari segi kaifiyyat (tatacara)nya karena memberikan bilangan bacaan-bacaannya yang tidak pernah ada tuntunannya dari Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi Wasallam .

Do’a Robithoh yang Bid’ah
Pada akhir kitab al-Ma’tsurot ini tercantum Do’a Robithoh yang berbunyi:
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah (kecintaan) hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di (jalan)-Mu, dan berjanji selia untuk membela syari’at-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya Ya Alloh, abadikan kasih sayangnya…”
Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullahu berkata: “Di akhir al-Ma’tsurot terdapat wirid robithoh, ini adalah bid’ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah.” .(Kitab TarbiyatuI Aulad fil Islam Ii Abdulloh Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi hal. 126)

End

NB: ada buku dari Ustadz Yazid bin Abdul Qadir jawas ttg Dzikir Pagi dan Petang. Trus bukunya Syaikh Al-qahtani (Hisnul Muslim). InshAllaah dzikirnya sesuai dengan Qur'an dan Sunnah.

Anonymous

* Ikutilah dalil dari Kitab dan Sunnah yang shahih serta pahamilah keduanya dengan pemahaman pendahulumu yang shalih, maka sesungguhnya hal itu akan memberikan kecukupan bagimu sebagaimana pula memberi kecukupan kepada mereka.

* Kalau di negeri yang engkau diami ada salafiyyun, maka pergilah engkau kepada mereka dan berdialoglah bersama mereka dengan tenang dan perlahan agar mereka menjelaskan manhaj-manhaj hizbmu berupa penyimpangan terhadap manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

* Tinggalkanlah hizb yang kamu bergabung di dalamnya. Dan carilah kumpulan pemuda dan tolong-menolonglah bersama mereka di atas kebenaran dan takwa berupa menuntut ilmu, beramal dengannya, berdakwah kepadanya dan yang semisalnya tanpa disertai rasa tahazzub (pengelompokkan) dan ta’ashshub (fanatik) yang tercela.

* Ketahuilah bahwa tujuanmu pada kehidupan ini adalah untuk beribadah kepada Allah saja berdasarkan ilmu, kemudian menyelamatkan orang lain, bukan sebaliknya.

* Ketahuilah bahwa hakikat dakwah kepada Allah adalah:

- Ilmu yang benar, dan ini adalah dengan Kitab dan Sunnah yang shahih serta dengan pemahaman as-salaf ash-shalih

- Beramal dengan ilmu tersebut tanpa adanya ifrath (melalaikan) dan tafrith (berlebihan/ghuluw)

- Berdakwah kepadanya, dan itu dengan cara hikmah dan nasehat yang baik dan mengingatkan orang yang menyelisihinya. Contoh: Engkau tahu bahwa tuma’ninah (tenang) adalah salah satu rukun dari rukun-rukun shalat. Maka engkau mengamalkannya, kemudian mengajak orang lain kepadanya dengan cara yang baik dan memperingatkan dia jika menyelisihinya.

* Ketahuilah bahwa Salafiyyah (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) adalah manhaj (metode), bukan orang/kepribadian. Dan bahwa cara menisbatkan diri kepadanya tidaklah dengan cara duduk di secara rahasia atau dengan pembagian kelompok peserta, tetapi dengan cara engkau mengambil manhaj yang lurus ini dan membelanya.

* Hati-hatilah untuk menyebarkan setiap apa yang engkau dengar dari berita-berita dan perkataan-perkataan tanpa meneliti dan tatsabbut (meratifikasikan berita tersebut), karena pendusta banyak di zaman ini.

* Selagi engkau membawa aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka janganlah engkau membela kecuali aqidah tersebut dan orang yang membawanya.

(Diketik ulang dari buku “Dialog bersama Ikhwani”, Yayasan Al-Madinah, Solo)

Anonymous

assalamu'alaikum warohmatullohi wabarkatuh

salam kenal. saya secara tidak sengaja masuk ke blog ini. isinya bagus sekali. sepertinya "sangat ilmiah" sekali.dan sepertinya hanya antum yang "menemukan" kenyataan ini.

perlu diketahui 3 tahun yang lalu, saya sudah menemukan pemikiran seperi antum. dan saya pun sudah menemukan fenomena yang lebih parah dari yang antum temui. tentang "ketidaksempurnaan" dari aplikasi manhaj ikhwan ini.

waktu itu, kebetulan saya punya 2 orang temen dekat yang "mengaku salafi". kami sering berdiskusi tentang semua hal yang entah sudah berapa juta orang membicarakannya sejak masa hasan al-bana sampai sekarang. dan entah berapa ratus ribu artikel diinternet yang memuat itu.

Selain itu juga saya selalu berdiskusi dengan temen ikhwan saya kebetulan beliau adalah lulusan universitas madinah.yang ternyata jauh lebih tahu tentang masalah itu semua dari temen salafi saya.

singkat kata, akhirnya saya dengan penuh keyakinan tetap pada manhaj ini. dan berharap antum segera bergabung untuk meluruskan semua prasangka antum dan semua ketidak sempurnaan aplikasi dari jamaah ini.

kalau antum yakin di ikhwan ada kerusakan, apa yang sudah antum lakukan? apa yang sudah antum lakukan untuk ummat ini?

terakhir, saya mohon antum menjawab pertanyaan ini.

Apakah antum siap mempertanggungjawabkan prasangka buruk antum kepada hasan al-bana, sayyid quthub, yusuf qordhowi, dll dihadapan Allah kelak?
andai prasangka antum ternyata tidak benar, apakah antum siap?
ingatlah saudaraku, Allah maha melihat. Allah maha mengatahui.

Anonymous

Kemudian mereka mencela, melarang membacanya dan mengusulkan badal kitab ini:

" Badal (Pengganti) Kitab Ini
Setelah melihat banyaknya hal-hal yang bid’ah dalam kitab al-Ma’tsurot ini, kami memandang bahwa kitab ini tidak layak dijadikan pegangan di dalam wirid-wirid keseharian seorang muslim. Kami menganjurkan agar saudara-saudaraku kaum muslimin memilih kitab-kitab dzikir lainnya yang mengacu kepada do’a dan dzikir yang shohih dari Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, di antara kitab-kitab yang kami anjurkan untuk dipakai adalah:

1. AI-Adzkar oleh aI-Imam, an-Nawawi bersama penjelasan derajat haditsnya dalam kitab Shohih wa Dho’if aI-Adzkar oleh Syaikh Salim bin Id al-Hilali.
2. Al-Kalimu Thoyyib oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan takhrij Syaikh al-Albani.
3. Tuhfatul Akhyar oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
4. Shohih Kalimu Thoyyib oleh Syaikh al-Albani.
5. Hishnul Muslim oleh Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qohthoni, telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. "


BENARKAH SIKAP YANG DEMIKIAN?

Baik sekali penjelasan Syaikh Abdullah Azzam dalam muqaddimah Takhrij Hadist Al Ma’tsurot (Al Ma’tsurot fi Tsaubihil Jadid) , yang bahkan beliau menemukan lebih rinci lag bahwa Kitab-kitab yang diusulkan sbg badal al ma’tsurot mengandung lebih banyak hadist dhoif.

Al Ma’tsurot Hasan al banna mengandung 16% hadist dhoif dan Al Kalimatut Thoyyib Ibnu Taymiyah mengandung 19% hadis dhoif:

Dalam al ma’tsurat terdapat 127 hadist 106 hadis shohih dan hasan, sedangkan 21 lainnya dhoif, Namun dikemudian hari lalu saya dapatkan hadis dhoif itu mempunyai syawahid—yang menguatkannya menjadi hasan lighoirihi,.
Dengan demikian penisbahan hadis hadis dhoif dalam ma’tsurot lebih sdkit dari Al Kalimatut Thoyyib Ibnu Taimiyah, [ yang diusulkan sebagai salah satu badal Al Ma’tsurot dalam majalah Al furqon tsb]
Al Kalimatut Thoyyib memuat 252 Hadist ditakhrij Syaikh Nasirudin al Albani 48 hadis diantaranya dhoif.

BAGAIMANA HUKUM MENGAMALKAN HADIS DHOIF? JUMHUR ULAMA’ MEMBOLEHKAN HADIS DHOIF DALAM HAL FADHOIL AMAL--BUKAN PADA MASALAH AQIDAH DAN HUKUM---DG SYARAT-SYARAT TERTENTU

Dr. Abdullah Azzam menyampaikan,
“ Disini saya akan menyitir sebagian dari perkataaan para ulama hadis yang membolehkan priwayatan hadis dhoif, ini merupakan mayoritas-jumhur ahli hadis.
Adapun ulama yang menolak hadis dhoif ttg fadhoil adalah minoritas dari ulama’.
Diantaranya Yahya bin Ma’in, Ibnu al Arabi, al Maliki dan asy Syaukani, dan di abad 2o Asy Syakir dan Al Albani.

Abdul Hay al Luknawi dalam seputar masalah beramal dg hadis dhoif mengatakan:
1. Diantaranya ada Melarang secara mutlak, ini merupakan madzhab yang lemah
2. Diantaranya ada yang membolhkan secara mutlak, ini tindakan terlalu bebas yang dasarnya lemah
3. Ada yang memilah dan membuat persyaratan, ini adalah pendapat yang benar.

Ibnu hajar Al Asqolani dalam mengamalkan hadis dhoif ada tiga syarat:
1. Kedhoifan yang ada tdk terlalu parah
2. Hadis tsb bertingkat dibawah asal yang umum shg ia bisa membuang apa yang diada2kan yang tidak mempunyai asal
3. Ketika mengamalkan tidak diyakini pahalanya agar tidak terjadi penisbahan thd nabi,

Al Haitsami mengatakan, para ulama telah bersepakat mengamalkan hadis dhoif dalam fadhilah amal.

Al Iraqi mengatakan selain hadis maudhu’ mereka bersikap toleran dalam isnad, dan periwayatannya , tanpa perlu menjelaskan kedhoifannya dalam soal selain aqoid dan hukum, melainkan dalam persoalan tarhib dan targhib berisi petuah dan fadhilah.

Ali Al Qori’ mengatakan: Sesungguhnya hadis dhoif dapat dipakai dalam fadhilah amal menurut para ulama’.

As Suyuthi mengatakan: menggunakan hadis dhoif dalam fadhilah dan kisah dapat diterima.

Ibnu al Humam mengatakan: Hal yang bersifat mustahab dapat didasari dg hadis dhoif,

An Nawawi dalam At Taqrib mengatakan: menurut ahli hadis boleh toleran dalam sanad dan riwayat selain maudhu’ serta beramal tanpa perlu menjelaskan kedhoifannya, selain dalam masalah sifat2 allah dan hukum,

Demikian jumhur ulama’ membolehkan…”

Anonymous

Salah satu dari Ustadz Abu Abdullah, menjawab dalam masalah ini:

“ Maka ketahuilah wahai ikhwah wa akhwat fiLLAAH a’anakumuLLAAH jami’an, bahwa kalau seorang yang alim, maka mereka akan tahu bahwa tidak ada satupun kitab yang ditulis ulama salafus-shalih yang khusus berisi kumpulan doa & dzikir yang tidak berisi hadits-hadits dha’if, sekedar untuk menyebutkan contoh, sampai kita Al-Adab Al-Mufrad karangan Kibarul Muhaddits (Tokoh Terbesar para Ahli Hadits) yaitu Imam Abi AbdLLAAH Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhari (Imam Bukhari) juga banyak mengandung hadits-hadits dha’if. Demikian pula kitab Al-Amalul Yaumi wa Laylah (baik yang ditulis oleh Imam An-Nasa’i, maupun oleh Imam Ibnu Sunni), kitab Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi, dan bahkan kitab Al-Kalimut Thayyib yang dikarang oleh salah seorang pelopor mujaddid pembersihan bid’ah & khurafat, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahuLLAAH- (yang telah di-syarah/diberi penjelasan oleh muridnya Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al-Wabilus Shayyib) juga bertaburan hadits-hadits dha’if.

Lalu mengapa dengan banyaknya hadits-hadits dha’if dalam tulisan para ulama tersebut lisan mereka diam & tidak menyebarkan fitnah, sementara terhadap Al-Ma’tsurat (yang kalaupun ada hadits dha’ifnya, maka tidaklah sebanyak dalam kitab Al-Kalimut Thayyib-nya Syaikhul Islam) lisan mereka mencaci-maki kepada penulisnya, yang telah mempersembahkan hidupnya untuk Islam & disaksikan oleh banyak orang, kemudian lisan mereka sibuk menyebarkan aib & menggunjingkannya?! Hanya salah satu dari 2 alasan, apakah karena mereka tidak berilmu, ataukah karena ghill (kedengkian) yang telah bersarang di dalam hati mereka, dan apapun dari kedua sebab itu adalah sangat menyedihkan dan merupakan sebuah kerugian besar..

Ikhwah wa akhwat fiddiin rahimakumuLLAAH,

Jika kita benar-benar berusaha memahami ilmu hadits, maka akan kita ketahui pendapat para muhaddits tidaklah sama, tash-hih maupun tadh’if juga dapat saja berbeda antara seorang muhaddits dengan muhaddits yang lain, maka berpegang kepada pendapat seseorang seperti Syaikh Al-Albani -rahimahuLLAAH- misalnya dalam perbedaan pendapatnya dengan Syaikh Syakir dalam men-shahih-kan & men-dha’if -kan adalah dibolehkan, ..”

Wallahu a’lam

Anonymous

Bismillahirrohmaanirrohim.
Saya sungguh heran dengan rita dan komunitas yang diyakininya ini. Sepanjang membaca tulisan2 mereka di internet misalnya, kok senang sekali mengkritisi mereka yang disebut ikhwani itu.
Padahal yg disebut ikhwani itu, tidak pernah dengan sengaja mengkritisi atau mengomentari terlebih dahulu dakwahnya rita ini atau paham yang diyakininya itu. Mereka menjawab karena memang tuduhan-tuduhan sudah terasa sebagai fitnah, tidak obyektif lagi.
Astaghfirullahal azhiem, siapa sih sesungguhnya pemegang kunci surga itu?. Begitu banyak klaim-klaim yang muncul, meski tidak dalam bahasa yang terang-terangan, namun seolah paling yakin akan dipersilahkan lebih dulu masuk surganya Alloh. Padahal siapa yang bisa menjamin keputusan Al Hakim.
Sudahlah..
Jangan saling menjatuhkan, merasa paling benar, ada ujub, kibr disana. Kritisi aliran yang secara ushuluddin sudah betul2 sesat saja. Baru disebut perbaikan umat.

Bagaimana bisa merendah dan tawadhu dihadapan Alloh, kalau pada sesama saja sudah di dominasi rasa ujub dan kibr seperti ini. (entah lagi kalau memang yang disebut ikhwani itu sudah tidak dianggap "sesama manusia, apalagi sesama muslim".
Buat tulisan yang lebih produktif yaa...jangan bermental provokator.
Ingatlah akhlak Nabi saw.
Astaghfirulloohal azhiem.
Mohon maaf dan terima kasih...